Sakapua Siriah

Membangun Tradisi

(Volume 01 November 2008)

Tradisi-tradisi berganti. Kadang menjadi lebih baik, tak jarang be-reformasi. Perubahan adalah kemuskilan. Tapi, niatan perubahan tetaplah pada kebaikan

Sudah lama, tradisi melahirkan media mahasiswa hilang diganti oleh tradisi retoris. Tradisi retoris berdekatan makna dengan tradisi lisan. Tradisi ini mengedepankan logika bicara daripada logika berpikir.

Kini kita menyaksikan kebangkitan tradisi retoris itu. Kebenaran ilmiah tak lagi berdasar pada dalil-dalil, tapi pada pesona kata yang meyakinkan.

Saat ini misalnya, seorang pemimpin mahasiswa dipilih bukan atas catatan prestasi, tapi sejauh mana ia beretorika dalam kampanyenya. Pesona kata berada di atas segalanya.

Tradisi adalah bagian dari kebudayaan. Bagi Bourdieu, kebudayaan adalah peta sebuah tempat, sekaligus perjalanan menuju tempat itu. Bagaimana kita memetakan sekaligus menggambarkan “kebudayaan” kita masyarakat Sastra kini?

Akhirul kalam, “Palajang” adalah media untuk kami, mahasiswa sastra, dan mahasiswa sasda khususnya yang masih berselera pada tradisi kesusastraan (baca: menulis dan bertukar pikiran). Patut diketahui, media ini memang beringsut dan bergelung dengan persoalan sastra dan keminangkabauan semata. Kecil lingkupnya memang, tapi kadang small is beautiful.

2 responses to “Sakapua Siriah

Leave a comment